Mahroji: Dari Tukang Gergaji ke Kader Konservasi
Ini adalah artikel yang sangat menarik yang ditulis oleh salah satu advanced writer kami tentang seorang pria yang memulai hidupnya sebagai penebang kayu sederhana dan kemudian mulai memelihara burung.
Bagi para pengamat burung yang pernah menjelajah Halmahera, nama Mahroji tak asing di telinga. Roji adalah seorang transmigran Jawa yang telah menyatu dengan alam Halmahera. Ia terpilih sebagai kader konservasi teladan 2014 dan dikenal hingga manca negara sebagai pemandu pengamatan burung.
Namun, sebelum 2010 profesi Roji justru bertolak-belakang dengan kegiatan yang kini ia tekuni. Ketika itu, ia bekerja sebagai tukang gergaji kayu alias chainsaw yang keluar-masuk hutan untuk menebang pohon.
Ia biasa menebang pohon di hutan dengan gergaji mesin dan menarik kayu yang telah ia gergaji dengan bantuan sapi. Saat menebang pohon besar, kelahiran Banyuwangi itu terkadang hanya mengambil sepertiga bagian yang lurus saja. Sisanya ia biarkan begitu saja karena sulit dibelah dan membutuhkan banyak biaya jika ditarik keluar hutan.
Saat itu Roji selalu memandang tegakan pohon sebagai kubik-kubik kayu yang menghasilkan uang. Sampai sekarang pun ia masih hafal jenis-jenis kayu dengan kelas-kelas harganya. Salah satu peristiwa yang paling membekas di ingatannya adalah kejadian sepuluh tahun silam ketika ia ditangkap polisi hutan. Penyebabnya, bapak tiga anak itu menebang pohon di kawasan Taman Nasional Aketajawe-Lolobata (TNAL). Mesin chainsaw-nya disita dan ia didenda sebesar Rp-4 juta.
Pria 37 tahun itu mulai belajar tentang burung saat mengikuti survei bidadari halmahera di TNAL yang dilakukan Burung Indonesia pada 2010. Saat itu ia berperan sebagai porter dan penunjuk jalan untuk mencari lokasi burung bernama latin Semioptera wallacii tersebut. Pengalamannya sebagai tukang chainsaw membuat Roji hafal dengan medan di hutan, terutama di area jelajahnya.
Seusai survei, ada kejadian yang membuatnya semakin bersemangat mengamati burung. Pada November 2010 ia menjumpai seekor mandar gendang Habroptila wallacii yang sedang memiliki anakan di dekat rumahnya di tepi kawasan TNAL.
Ia lantas menghubungi Biodiversity Specialist Burung Indonesia, Hanom Bashari. Hanom pun menyambut gembira berita ini lantaran mandar gendang merupakan jenis endemis Maluku Utara yang paling sulit ditemukan. Roji kemudian diminta mengawasi gerak-gerik burung berjuluk Invisible Rail tersebut hingga Hanom datang ke lokasi. Hasilnya kemudian dipublikasikan di salah satu jurnal ilmiah.
Berkat publikasi tersebut, nama Roji mulai dikenal para pengamat burung dari berbagai negara. Kini, tak kurang dari 50 pengamat burung dari luar negeri sudah menggunakan jasa Roji sebagai pemandu.
Tak hanya menjadi pemandu, Roji pun secara sukarela aktif membantu melestarikan hutan Halmahera khususnya di kawasan TNAL. Ia selalu mengingatkan pengunjung yang datang untuk selalu menjaga kelestarian hutan, misalnya tidak boleh membuang sampah sembarangan maupun merusak pohon. Ia tak segan memarahi orang yang masih sering menebang pohon di pinggir sungai apalagi di dalam taman nasional.
Melihat perkembangan yang cukup baik dalam diri Roji, pada 2013 Balai TNAL mengajaknya untuk turut serta dalam kegiatan kader konservasi. Kemudian pada 2014, ia diikutkan dalam pemilihan kader konservasi teladan. Saat itulah ia meraih penghargaan dari Kementerian Kehutanan sebagai kader terbaik. Bukan hal mudah untuk mendapatkan penghargaan tersebut. Ia pun menjelma dari seorang tukang gergaji kayu di hutan menjadi kader konservasi yang aktif melestarikan alam. (Irfan Rosyadi)
Sumber: www.burung.org