“KELOMPOK USAHA EKONOMI PRODUKTIF DESA IGA BINAAN TAMAN NASIONAL AKETAJAWE LOLOBATA”
Banyak pengguna yang meminta postingan tentang kegiatan pemberdayaan masyarakat Balai Taman Nasional (TNAL) Aketajawe Lolobata dan apa tujuan kegiatan utamanya. Pertama, penulis kami write my capstone project dengan topik meningkatkan ekonomi masyarakat di daerah dan mengalihkan pekerjaan yang awalnya hanya bergantung pada hasil hutan dalam konteks organisasi ini dan kemudian menyiapkan posting ini. Kegiatan tersebut berupa pembentukan Kelompok Usaha Ekonomi Produktif (KUEP) beserta bantuan usaha berupa permodalan. Kelompok yang sudah terbentuk adalah KUEP pembuatan sirup dan kecap dari air kelapa di desa Bale (2012), KUEP Lestari dibidang pembuatan sirup dan kecap dari air kelapa serta sirup dan selai dari Rosella di desa Ake Jawi (2012), KUEP pembuatan tepung singkong beserta olahannya dan emping dari singkong di desa Tabanalau dan Tomares (2013), KUEP Putra Jaya dibidang peternakan ayam pedaging di desa Ake Jawi (2013) dan KUEP Batu Babuah dibidang pertanian bawang merah di desa Iga (2014).
Tanggal 04 Mei 2015 pegawai TNAL yang ditugaskan di Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III (SPTN III) Subaim mendapatkan informasi melalui telepon dari ketua KUEP di desa Iga kecamatan Wasile Utara kabupaten Halmahera Timur. Ketua KUEP mengatakan bahwa kelompok Batu Babuah (nama kelompok binaan) sudah melakukan panen bawang merah hasil bantuan yang ditanam pada bulan Januari 2015.
Kelompok Usaha Ekonomi Produktif di desa Iga merupakan salah satu kelompok pemberdayaan masyarakat binaan yang dibentuk oleh TNAL pada bulan November 2015. Sebelum dilakukan pembentukan kelompok, terlebih dahulu dilakukan pengkajian dan analisis kelayakan usaha berupa potensi desa, sumberdaya masyarakat, modal (pelatihan dan sarana produksi) dan pemasaran. Pilihan jenis usaha jatuh pada jenis usaha pertanian bawang merah lokal. Dalam hal ini bawang merah Topo yang berasal dari Kota Tidore Kepulauan. Latar belakang dipilihnya jenis usaha ini dikarenakan masyarakat desa Iga sudah mengenal tentang pertanian bawang merah lokal dan sudah memiliki pasar tersendiri, yaitu di Tobelo.
Sekilas tentang bawang merah lokal menurut pemaparan Ibu Herma dari BPTP Maluku Utara dan Bapak Mulyono dari Ketua Gapoktan Subaim SP 6 bahwa bawang merah lokal memiliki banyak kelebihan antara lain tahan terhadap serangan hama dan penyakit, mudah dalam melakukan perawatan, memiliki aroma yang harum dan rasa yang lebih kuat daripada bawang merah jenis lainnya. Didaerah asalnya di Tidore, bawang merah Topo yang telah ditanam oleh masyarakat dibiarkan tumbuh alami tanpa perawatan apapun dan hanya dikunjungi pada saat pemilik tanaman akan memanen untuk digunakan sebagai bumbu masakan. Kondisi lahan pada saat di panen sudah ditumbuhi rumput dan alang-alang yang lebat. Akan tetapi bawang merah Topo tetap bertahan dan dapat dipanen. Menurut pengalaman dari Bapak Mulyono yang pernah diberikan bantuan dan program oleh Bank Indonesia untuk menanam bawang merah Topo dan bawang merah jenis lainnya, yaitu Bima. Hasil penanaman menunjukkan bahwa bawang merah Topo lebih unggul daripada bawang merah Bima. Bawang merah Topo tidak memerlukan biaya produksi (pupuk dan pestisida) yang banyak dan mudah dalam perawatan. Hasil setelah panen juga lebih tahan lama dan tidak mudah busuk.
Akhirnya pada tanggal 27 Mei 2015 tim dari SPTN III Subaim melakukan peninjauan ke kelompok Batu Babuah di Iga. Hasil yang didapatkan adalah semangat para anggota kelompok untuk melanjutkan kegiatan produksi bawang merah. Kelompok tersebut telah panen bawang merah sebanyak 9,5 kg (berat kotor) dari bibt 3.5 kg yang ditanam. Rencana selanjutnya adalah menanam kembali hasil panen tersebut agar lebih banyak menghasilkan bawang merah untuk menambah penghasilan anggota kelompok. Semoga kelompok Batu Babuah yang dibentuk oleh TNAL menjadi kelompok yang aktif kegiatan produksinya berkelanjutan serta menjadi contoh bagi kelompok yang lain.